Merahitam, Cinta, dan Surga


Girls Dorm, Semesta Bilingual Boarding School
Semarang
Thursday, 6th of November 2014
14.44 PM


Merah
Kutatap matanya penuh amarah
Tiada lagi senyum yang biasa merekah
Sepasang pipi itu pun kini t’lah basah

Hitam
Kuraba sepasang lengan penuh lebam
Bilangnya habis dihantam
Tinggal menunggu datang si demam
Tiada hari tanpa perasaan terancam
Sayang,
Kau bilang pukulan itu terasa bagai ciuman
Tamparan itu penuh kasih bagai kecupan
Cercaan itu terasa bagai gumaman sayang
Hinaan itu terdengar bagai puisi cinta

Cinta,
Penjahat paling sadis abad ini
Penipu terulung masa kini
Pemberi harapan paling semu
Konsep paling absurd yang aku tahu

Sayang,
Jika cinta yang kau definisikan itu ada
Harusnya, kearah ia kau tersenyum mesra
Bukan menatap ngeri, meringis perih
Harusnya, dalam dekapannya kau mengeliat manja
Bukan mengutuk diri ingin mengurat nadi
Bukan tinggal dalam sarang duri dan menyebutnya surga pribadi

Surga!
Surga itu bukan disana!
Surga itu bukan bersamanya!
Surga itu bukan menjadi miliknya!
Surga itu disini,
            ada di bumi
Saat kau bisa aku miliki

**Artwork's credit goes to its artist


Comments

Popular posts from this blog

A Marxist Analysis : Bitcoin as Capitalism’s Latest Fetish of Commodity

Perempuan dan Dialog Antar-Agama: Pengalaman Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)

Critical Review: Karl Marx's Economic and Philosophical Manuscript of 1844