Posts

Showing posts from 2022

Meneguhkan Lagi Peran Akal, Kebebasan dan Toleransi: Memperimbangkan Tawaran Mustafa Akyol

 Oleh: Raditya Darningtyas Ringkasan Buku Judul :           Reopening Muslim Minds: A Return to Reason, Freedom, and Tolerance Pen ulis:      Mustafa Akyol             Penerbit:      ST. Martin's Essentials, 2021 Tebal:           v + 298 halaman   Dalam buku ini, Akyol mengulas bagaimana perkembangan sejarah pemikiran Islam berpengaruh pada kemajuan dan kemunduran peradaban Islam. Akyol menjelaskan bahwa sejarah awal islam ditandai oleh kontestasi di antara dua aliran etika yang disebutnya “teori perintah ilahi” dan “teori objektivisme etis”. Aliran etika yang pertama berkembang terutama dalam bentuk Aliran Asy’ariyah, satu aliran teologi Sunni yang menekankan kewenangan mutlak kitab suci dan ulama (sarjana agama). Akyol mengulas bagaimana aliran Asy’ariyah tumbuh menjadi aliran teologi yang dominan dalam sebagian besar sejarah Islam bukan karena kekuatan argumentasinya, tetapi karena dukungan para pemimpin otoritarian kepadanya. Hal ini disebabkan oleh kesamaan kepe

Perempuan dan Dialog Antar-Agama: Pengalaman Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)

 Oleh: Raditya Darningtyas Ringkasan Artikel Jurnal Judul :            The Role of Women in Interreligious Dialogue in Indonesia: A Study on the Forum for Religious Harmony (FKUB) Pen ulis :           Wiwin S. A. Rohmawati         Jurnal:             The Muslim World, 2020 (Vol. 110 Issue 4) Tebal:               16 halaman   Perempuan seringkali tidak mendapat ruang dalam dialog antar-agama. Sekalipun ada, peran perempuan kerap terbatas pada hal-hal yang kurang substantif dan kurang berpengaruh di ranah pembuatan keputusan. Hal ini menyebabkan forum dialog tidak representatif bagi aspirasi dan peran perempuan. Forum dialog maupun upaya binadamai lainnya yang tidak melibatkan   perempuan akhirnya menjadi tidak efektif dalam menciptakan kerukunan di masyarakat. Tokoh agama, pemimpin politik, diplomat, mediator dan peran lainnya dalam upaya binadamai masih banyak didominasi peran dan perspektif laki-laki. Hal ini juga dipengaruhi oleh kedudukan dan privilese laki-laki dal

Dekolonisasi Hak Asasi Manusia: Mempertimbangkan Tawaran An-Naim

Oleh: Raditya Darningtyas Ringkasan Buku Judul Buku:     Decolonizing Human Rights Pen ulis :           Abdullahi Ahmed An-Naim    Penerbit:          Cambridge University Press, 2001 Tebal:               v + 138 halaman   Pemenuhan hak asasi manusia (HAM) telah menjadi isu yang banyak dibicarakan sejak berkembangnya konsep dan rezim HAM internasional tahun 1945-1948. Perdebatan tentang HAM, baik di ranah konseptual maupun implementasi , kerap mewarnai pertemuan di antar a negara maupun aktor internasional dan domestik lainnya. Penegakan HAM yang konsisten dan merata juga masih menjadi tantangan. Mekanisme penegakan yang selama ini bergantung pada rezim hukum internasional dan institusi antarnegara dinilai kurang efektif dan bahkan melanggengkan praktik neokolonialisme yang kerap melanggar HAM alih-alih memastikan perlindungan HAM di banyak wilayah. Buku terbaru karya Abdullahi Ahmed An-Naim , Decolonizing Human Rights (Cambridge University Press, 2021) mengamini adanya ke