Resensi Buku : The Girl with the Dragon Tattoo by Stieg Larsson



            The Girl with the Dragon Tattoo adalah novel pertama dari trilogi Millennium karya penulis sekaligus jurnalis asal Swedia, Stieg Larsson. Novel bergenre fiksi kriminal ini berfokus pada dua karakter utama yang bernama Lisbeth Salander, seorang peretas andal wanita yang memiliki ingatan fotografis dan Mikael Blomkvist, seorang jurnalis investigatif sekaligus penerbit majalah bernama Millennium. Ketiga novel dalam trilogi Millennium pertama kali diterbitkan di Skandinavia dan menyebar ke benua Eropa lainnya di tahun 2005 – 2007 setelah kematian Larsson. The Girl with the Dragon Tattoo memenangkan penghargaan bergengsi Glass Key sebagai Best Nordic Crime Novel 2005 sementara buku keduanya, The Girl Who Played with Fire memenangkan  penghargaan Swedish Academy for Detective Novels award.

Novel pertama Larsson ini berpusat pada kasus penipuan finansial skala besar yang dipadukan dengan drama keluarga dengan segala rahasianya, menyajikan substansi plot yang kompleks dan adiktif bagi penikmat cerita misteri, khususnya psychological thriller. Plot bermula dengan penjabaran detail rencana kejahatan sebuah perusahaan Swedia dalam upaya menyelewengkan dana pemerintah dengan modus pendirian bisnis palsu di Rusia. Cerita kemudian dilanjutkan dengan cerita seputar masa lalu keluarga kaya raya bernama Keluarga Vanger. Empat puluh tahun kemudian, Harriet Vanger, salah seorang anggota keluarga Vanger menghilang secara misterius dari pulau pribadi yang dimiliki keluarga itu. Tanpa saksi mata yang melihat kepergian Harriet, beberapa orang percaya ia telah dibunuh oleh anggota keluarga Vanger yang lain meskipun mayat Harriet juga tidak pernah ditemukan.
            Mikael Blomkvist kala itu baru saja mengalami kekalahan dalam perkara hukum melawan perusahaan keuangan yang menjadi objek skandal tulisan investigasinya, memutuskan untuk menerima pekerjaan dari anggota keluarga Vanger untuk menginvestigasi menghilangnya Harriet.  Blomkvist kemudian mengumpulkan berbagai data peristiwa pembunuhan yang terjadi di masa mengihilangnya Harriet, namun terus mendapatkan jalan buntu untuk memecahkan kasus tersebut. Barulah kemudian Mikael bertemu dengan Lisbeth Salander, gadis punk dengan tato naga yang memiliki keahlian hacking kelas dunia. Lisbeth adalah seorang jenius computer dan juga data analyst yang kemudian bersama-sama Mikael berkolaberasi memecahkan kasus ini.
            Sebagai tim yang berisi jurnalis dan peretas andal, Mikael dan Lisbeth mengarungi banyak petualangan bersama. Keduanya semakin dekat, hubungan mereka mengalami dinamika sampai suatu ketika mereka digambarkan saling jatuh cinta satu sama lain. Namun Larsson yang enggan bergumul dengan elemen romansa mainstream memutuskan untuk mengarakterisasi hubungan mereka sebagai sebuah open-relationship, membawa nilai non monogamy yang semakin mempertegas kehadiran nilai-nilai progresif yang dimiliki tokoh-tokoh dalam novel ini mengingat Lisbeth sebelumnya juga memiliki seorang kekasih wanita. Bahkan Mikael juga diceritakan memiliki hubungan seksual dengan partner kerja sekaligus mantan kekasih SMA nya, Erika Berger. Erika adalah editor di majalah Millennium yang mereka miliki bersama-sama. Meskipun telah memiliki suami, hubungan seksual Erika dan Mikael tetap berlanjut dengan izin dan sepengetahuan suami Erika, seorang seniman biseksual bernama Greger Beckman.
            Stieg Larsson adalah seorang ahli ekstremis sayap kanan dan organisasi neo-nazi. Ia juga seorang editor majalah Expo yang merupakan proyek Larsson dalam melawan rasisme yang menyebar di masyarakat Eropa. Stance  Larsson yang kuat dalam menentang rasisme yang ditimbulkan oleh paham ekstremis kanan sangat terasa dalam alur plot yang ia bangun dalam novel ini. Larsson mendorong nilai-nilai menghargai perbedaan dan keberagaman dengan mengeksplorasi isu social progresif yang biasa dianggap kontroversial seperti hubungan non monogamy, seksualitas, penyakit mental dan lain sebagainya. Dengan menempatkan Lisbeth Salander sebagai tokoh utama, pembaca disuguhi latar belakang dan secara tidak sadar diajak untuk melihat sisi humanitas seorang anti social, punk, dan jenius penyendiri yang sering mendapat stigma negatif di masyarakat. Kompleksitas karakter seorang Lisbeth Salander didunia nyata sering direduksi sebagai penyakit jiwa yang kerap digambarkan sebagai aib yang tabu namun dalam novel ini Larsson dengan apik berhasil menciptakan karakter heroine yang sangat edukatif khususnya bagi mereka yang juga menggandrungi cerita fiksi misteri. 

            

Comments

Popular posts from this blog

A Marxist Analysis : Bitcoin as Capitalism’s Latest Fetish of Commodity

Perempuan dan Dialog Antar-Agama: Pengalaman Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)

Meneguhkan Lagi Peran Akal, Kebebasan dan Toleransi: Memperimbangkan Tawaran Mustafa Akyol