Lomba Debat Feksi 2012, SMA Semesta Maju Tingkat Nasional


SEMARANG, suaramerdeka.com - Berulang kali tiga siswi SMA Semesta Semarang mengucap rasa syukur setelah berhasil menjuarai lomba debat Festival Ekonomi Kreatif tk-SMA dan sederajat se-Indonesia (FEKSI), Selasa (26/6). Nurul Muizah (16), Raditya Putranti (16) dan Ima Ningtyas (16) menyisihkan sembilan tim dari Ungaran, Salatiga, dan Kendal.

Direktur Eksekutif Serikat Perusahaan Pers (SPS) Asmono Wikan mengatakan, event yang digelar SPS kerjasama dengan Kementerian Perdagangan ini memasuki tahun ketiga. Ada empat event yang dikompetisikan, yakni lomba debat, lomba foto jurnalisme dengan kamera handphone, lomba menulis artikel tentang ekonomi kreatif dan lomba mading.

"Lomba debat kami gelar di 10 kota besar, sedangkan lomba mading dikhususkan bagi pelajar di Jabodetabek," kata Asmono yang memoderatori lomba debat Feksi 2012, hari ini, di kantor Suara Merdeka Jl Kaligawe Km 5.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengenalkan ekonomi kreatif, menumbuhkan jiwa wirausaha, dan mengembangkan minat baca di kalangan pelajar SMA se-Indonesia, khususnya wilayah Jawa Tengah. Semarang menjadi kota kesembilan dari 10 kota yang disinggahi event debat ekonomi kreatif ini.

Sebelumnya, FEKSI 2012 disenggarakan di Jakarta (8/5), Bandung (10/5), Yogyakarta (16/5), Surabaya (22/5), Palembang (25/5), Banjarmasin (15/6). Setelah Medan, FEKSI akan hadir di Makassar (22/6), Semarang (26/6), dan Denpasar (29/6).

Sementara itu, tim debat dari SMA Semesta yang diwakili Nurul Muizah mengatakan, persiapan lomba debat ini begitu singkat. Ketiganya bersekolah di asrama mengaku tidak kesulitan dalam menjawab soal.

"Yang penting sudah tahu dasarnya, dan lebbih banyak diskusi. Sebab materi soal tidak bisa dihapalkan namun cukup dimengerti dan didiskusikan bersama," katanya.

Adapun peringkat tiga juara besar lomba debat Fekssi 2012 tingkat Jateng ini diraih SMA Semesta, SMKN 7 Semarang, dan MAN Salatiga. SMA Semesta mewakili Jateng maju ke tingkat nasional, untuk ikut final yang akan digelar sekitar akhir Juli. Dewan juri dalam lomba debat ini terdiri atas Agustiono (Head of Branch Telkomsel Semarang), Widi Artanto (Dosen Administrasi Bisnis Undip) dan Heryanto Bagas Pratomo (Redaktur Senior Suara Merdeka).
( Hartatik / CN32 / JBSM )

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

A Marxist Analysis : Bitcoin as Capitalism’s Latest Fetish of Commodity

Image
Reading into the latest news, almost every financial or economic column I have come across is talking about Bitcoin. Its craze has even spread among my peers who are currently installing their own Bitcoin apps (i.e from Bitcoin.co.id and others) to partake in their own trading, hoping to somehow double their pocket money. Rather than simply talking about Bitcoin as another means of investment and speculation to further accumulate our wealth, in this essay, I’d like to contribute to the discussion by analyzing how does Marx’s theory of commodity fetishism could actually apply in the emergence and also rise of Bitcoin as a form of cryptocurrency. What exactly is this latest technological invention that some economist claim would transform current financial and economic system that we know today?             Firstly, we need to clear up some ontological confusion on what cryptocurrency and bitcoin are. Cryptocurrency is a type...
Read more

Perempuan dan Dialog Antar-Agama: Pengalaman Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)

 Oleh: Raditya Darningtyas Ringkasan Artikel Jurnal Judul :            The Role of Women in Interreligious Dialogue in Indonesia: A Study on the Forum for Religious Harmony (FKUB) Pen ulis :           Wiwin S. A. Rohmawati         Jurnal:             The Muslim World, 2020 (Vol. 110 Issue 4) Tebal:               16 halaman   Perempuan seringkali tidak mendapat ruang dalam dialog antar-agama. Sekalipun ada, peran perempuan kerap terbatas pada hal-hal yang kurang substantif dan kurang berpengaruh di ranah pembuatan keputusan. Hal ini menyebabkan forum dialog tidak representatif bagi aspirasi dan peran perempuan. Forum dialog maupun upaya binadamai lainnya yang tidak melibatkan   perempuan akhirnya menjadi tidak ef...
Read more

Critical Review: Karl Marx's Economic and Philosophical Manuscript of 1844

Image
Estranged Labour, Human Requirements, and Division of Labor Under the Rule of Private Property             Marx’s 1844 Economic and Philosophical Manuscripts contain one of the most comprehensive discussions on the concept that he calls “alienated labor”. Marx mostly sees alienation at work as the most predominant form of alienation that humans have to undergo under the system of capitalism. Marx’s alienation is based on the assumption that human has the ultimate need to engage in free and creative labor as part of his human nature. Since capitalism systematically hinders that needs, it is an alienating system. He claims in the 1844 manuscript that most people in the modern society perceive work as unpleasant and unfulfilling experience. This is particularly true in the modern context of the most capitalistic society like United States and some developing countries who pursues capitalistic mode of production as its means o...
Read more