Letter For Rasul

Semesta BBS held some competitions during Maulid Prophet Muhammad PBUH. I joined 'Writing Letter' competition and i got the first place. Here is the letter..


Kepada : Yang Kurindu Hadirnya, Nabi Muhammad SAW

Dari : Raditya Putranti Darningtyas

X -F

Assalamualaikum ya Rasulullah,

Untaian sholawatku untuk mu kan selalu mengiringi tiap sholatku. Doaku untuk keluarga dan sahabat mu ‘kan selalu menjadi senandung tidurku. Ya Rasul, tak ada yang kuharapkan saat kutorehkan tinta di atas lembaran ini selain dirimu dalam keadaan terbaik di pelukan Sang Latif Yang Maha Lembut Belaian Kasihnya.

Ya Rasul, izinkan aku bercerita kepadamu. Izinkan pengikutmu yang penuh dosa ini bertutur kepadamu. Aku mohon Izinkan pengikutmu yang lancang ini mencoba menyampaikan isi hatinya kepadamu. Meski hati ini tak sebersih milikmu. Meski hati ini dipenuhi noda dan penyakit . Kumohon padamu, raih tangan hina ini dan dengarkan suaraku. Sepenuhnya kusadari, tak pantas diri seorang pendosa mendapat perhatian darimu. Namun izinkan aku mengungkapkan, betapa hati ini tak kuat menahan rindu kepadamu.

Lembar demi lembar buku-buku tentangmu ku baca. Satu demi satu haditsmu ku kuhayati. Ayat demi ayat Al Qur’an tentangmu ku lafalkan. Semua riwayat tentangmu menyihir hati ini. Engkau pemimpin terbaik dari semua raja. Engkau pahlawan sepanjang masa. Engkau ayah dan suami terbaik yang pernah ada. Engkau pria terbaik di muka bumi. Jalan hidupmu pancarkan cinta. Kasih dan damai selalu menjadi ajaranmu. Tak ada pria yang lebih kudamba pertemuan dengannya selain engkau ya Habibullah.

Engkau memperkenalkan konsep Tuhan yang paling benar. Menyinari hati umat yang terselubung mendung kesesatan. Tanpa mu, mungkin saat ini aku masih merangkak dan meraba-raba jalanku di dunia. Dan pertanyaat-pertanyaan dalam otakku takkan pernah menemukan jawabannya. Siapa aku? Mengapa aku disini? Apa yang harus kulakukan? Siapa yang menciptakanku? Apa alasan di balik eksistensiku? Semua terjawab oleh ajaranmu.

Hari ini Ya Rasul, aku mampu berwudhu dan mendirikan sholat lima waktu. Ku bersyukur atas dirimu di tiap inchi kulitku yang tersentuh air wudhu. Engkau yang mengajarkan pentingnya bersuci. Engkau yang mengajarkan bagaimana mensucikan diri. Engkau faktor penting, kami mampu merasakan nikmatnya sholat. Nikmat berada dekat dengan Pencipta Semesta. Engkau rantai utama yang menghubungkan kami denganNya. Engkau mengajari kami sholat. Engkau berjuang mati-matian agar seluruh umatmu bisa mendirikan sholat. Sekarang kami bebas mendirikan tiang agama Islam Ya Rasul, buah dari perjuangan hebatmu bersama para sahabat.

Namun aku sedih Ya Rasul. Memandang beberapa umatmu membangkang atas perintahNya. Mereka diberi kesempatan hidup di zaman serba mudah. Namun mereka menyia-nyiakan segalanya. Kemajuan dan tuntutan zaman lebih menarik hati mereka di banding surga Allah yang kekal tiada duanya. Mereka seakan lupa akan janji dan laknat Allah. Mereka seakan lupa betapa besarnya cintamu untuk kami. Besarnya pengorbanan dan pertaruhan nyawa demi umat yang engkau cintai. Mereka seakan tidak peduli terhadap dahsyatnya siksaNya. Mereka seolah tidak takut menghadapi pedih dan perih cambukan amarahNya.

Aku kecewa Ya Rasul. Kecewa atas kinerja beberapa dari pemimpin-pemimpin kami. Yang seolah dibutakan kekuasaan mereka. Yang mementingkan perut mereka diatas segalanya. Mereka yang memimpin berlandaskan ego dan nafsu pribadi. Aku juga kecewa terhadap beberapa generasi muda umatmu. Yang berilmu namun tumpul akhlaknya. Yang dibanjiri ilmu pengetahuan namun cetek moralnya. Semakin sedikit kutemui sosok yang masih meneladani sifatmu Ya Rasul.

Aku marah Ya Rasul. Tahukah kau, teknologi komunikasi berkembang terlampau pesat di zaman kami. Ada area dimana kami dibebaskan mengemukakan segala opini . Baik maupun buruk. Benar maupun salah. Dan siapapun diberi akses melihatnya. Hingga semua orang bebas melancarkan propagandanya. Beberapa calon penghuni neraka mencoba mengusik ketenangan umat Islam. Mereka menghinamu Ya Rasul. Menyebutmu dengan kata-kata makian yang lebih tepat dialamatkan kepada binatang.

Mereka menggunakan akal mereka untuk menciptakan perpecahan antar umat Muslim. Beberapa mendominasi dan menguasai dunia. Beberapa menggunakan kuasa mereka untuk menindas saudara-saudara kami di Palestina. Aku sungguh berharap bisa merobek gelar cendekia dari diri mereka. Mereka tidak lebih dari budak setan yang mudah diperalat. Aku membenci orang-orang itu. Ingin ku bakar lidah-lidah mereka yang menghujatmu. Yang buta akan indahnya perangaimu. Namun ajaran kasih dan damaimu lah yang menahanku diatas jalur kasihNya.

Aku khawatir Ya Rasul. khawatir akan kelanjutan nasib umat ini. Khawatir akan masa depan perdamaian dunia ini. Seandainya engkau disini, kau ‘kan tahu apa yang seharusnya dilakukan. Jika saja manusia menggali lebih banyak, harta yang telah engkau tinggalkan untuk kami tentu kami akan mampu bertahan hingga akhir.

Aku takut Ya Rasul. Aku takut tersesat dalam labirin setan beserta pengikutnya. Aku takut terlepas dari dari jalan mu yang lurus. Aku takut terpedaya akan indahnya nikmat dunia. Aku takut kehilangan cahaya yang menyinari jalan ku. Aku takut kehilangan mata air penyegar dahaga imanku. Aku takut kehilangan cinta Allah dan cinta mu. Aku takut lupa. Lupa akan kesempurnaan Islam dan kebahagiaan hakiki yang Dia tawarkan. Cintamu adalah embun penyegar kalbuku.

Namun aku bahagia Ya Rasul. Bahagia menjadi bagian dari umatmu. Bagian dari umat yang diberi petunjuk. Bagian dari umat yang diberi kesempatan merasakan nikmat iman dan Islam. Bahagia mengenal Tuhan dan Rasulku. Bahagia mempelajari risalah dan ajaranmu. Bahagia mendapat petunjuk dan perisai dalam menghadapi liku kehidupan di alamNya. Bahagia menjadi bagian dari umat yang engkau rindukan.

Dan aku bangga Ya Rasul. Tak terkira kebanggaanku memiliki seorang Rasul tanpa cela sepertimu. Yang lembut hatinya bagai salju. Yang pemaaf dan penyabar budinya. Yang mewariskan harta tak ternilai harganya. Al Qur’an. Kitab paling sempurna di dunia. Mukjizat terhebat segala Nabi dan Rasul. Pedoman umat akhir zaman menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun aku paling bahagia Ya Rasul . Tak terkira rasa bangga yang membuncah dalam dadaku menjadi salah satu umatmu. Izinkan aku memilikimu Ya Rasul. Dan Izinkan aku memanggilmu ‘Ya Rasulku’.

Comments

Popular posts from this blog

A Marxist Analysis : Bitcoin as Capitalism’s Latest Fetish of Commodity

Perempuan dan Dialog Antar-Agama: Pengalaman Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)

Critical Review: Karl Marx's Economic and Philosophical Manuscript of 1844